Oleh: Firmansyah, S.Psi., M.MKes
Ada seorang kawan (teman) datang kepada saya untuk menanyakan (konsultasi) bagaimana cara (strategi) menata kelola stres sehingga diberbagai aktivitasnya dia tetap produktif melakukan banyak hal tanpa mengalami gangguan ataupun hambatan.
Sebelum menjelaskan (menjawab) apa yang dimaui teman (sahabat) saya itu, lalu saya menyampaikan satu pertanyaan (bertanya) kepadanya. Apakah saat ini kamu merasa sedang bermasalah dengan dirimu atau juga dengan orang lain?
Mendengar pertanyaan yang seperti itu dari saya kemudian dia mengungkapkan bahwa memang ia saat ini sedang mengalami mood yang tidak bagus. “Benar aku sedang mengalami perasaan (mood) yang tidak enakan saat ini”, ujarnya.
Dia kemudian menjelaskan beberapa waktu di minggu terakhir ini dirinya sering merasa pikirannya kacau, tidak fokus dan mudah sekali emosi walau dengan perkara yang kecil. “Pikiranku lagi terganggu dan membuatku merasa cemas”, urainya.
Kata temanku itu lagi, agar bisa tegar sengaja aku hadir disini menemui kamu dan berharap dukunganmu. Aku ingin kamu memberikan masukan, usul dan saran atas persoalan yang kini aku rasakan. Bantuanmu, dengan pasti aku akan menemukan jalan keluarnya.
Mendapat penjelasan yang panjang lebar dari dia lalu aku meresponnya, tenang bro. Sebagai teman sudah sewajarnya untuk saling berbagi. “Berbagi saat teman membutuhkan adalah perkara yang terpuji dan bernilai pahala disisi Allah SWT”, tegasku.
Kemudian aku mengingatkan temanku itu sebagai manusia biasa dalam kehidupan yang berjalan kita akan dihadapkan dengan banyak ujian dan cobaan. Cobaannya bisa berat ataupun bisa ringan. Dari ujian itu dibutuhkan teman untuk berdiskusi. Bisa Berbagi ketika punya masalah membuat diri bisa tenang, damai dan tentram.
Setahuku, hal penting yang mesti dilakukan agar seseorang tetap tegar dalam menghadapi berbagai persoalan yang membuatnya merasa sulit baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain adalah berupaya bertoleransi (berdamai) dengan stressor yang datang menghadangnya.
Kata aku lagi, ketika kamu bisa berdamai dengan stressor yang menyerangmu dengan pasti kamu akan merasa dirimu baik-baik saja yang membuatmu tetap dalam kondisi yang bahagia dan bersemangat.
Sebaliknya ketika kamu tidak bisa bertoleransi dengan stressor yang menyerangmu, selama itu pula kamu akan merasa sulit dengan dirimu sendiri. Dengan berdamai kamu tidak akan sendirian namun membuat banyak orang peduli kepada kamu.
“Kesulitan yang dialami akan terus berkembang tanpa kendali bila kamu terus menutup diri untuk tidak mau berdamai dengan problematika yang dirasakan”, ucapku memberi saran.
“Untuk bisa merasa bahagia dan sejahtera dengan diri sendiri bahkan dengan orang lain dilingungan sekitar kamu harus bisa berdamai (bertoleransi) dengan apa yang membuatmu merasa terluka atau tersakiti”, lanjutku memberikan masukan.
Di kehidupan ini ada banyak ragam stressor yang membuat individu stres (merasa terluka, terhina, direndahkan, diabaikan, atau diremehkan). Stressor itu ada yang sifatnya fisik, psikologi dan sosial budaya.
Contoh stressor fisik bisa berupa rasa nyeri, kelelahan fisik, stresor psikologi bisa berupa kesepian, patah hati, iri hati, konflik, dan stressor sosial budaya bisa berupa menganggur, pensiun, PHK, dan perceraian.
“Agar terus merasa berbahagia baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain yang ada dilingkungan sosialnya kita harus bisa menerima dengan lapang dada beragam stressor yang datang menyerang”, tegasku.
Kadang yang sering terjadi dengan masalah yang muncul membuat diri kita merasa sakit hati dan terganggu. Dengan masalah itu diri kita juga bisa tersiksa dalam waktu atau periode yang lama.
Setiap manusia mungkin berpikir bahwa sakit fisik lebih baik daripada sakit hati. Dari situlah, banyak orang yang kerap menyakiti diri sendiri. Untuk kebaikan seseorang tidak boleh menyakiti dirinya sendiri secara berlrbihan. Mencoba memaafkan atas problem yang terjadi akan membuka banyak perspektif.
Menyakiti diri sendiri tanpa bisa memaafkan akan membuat problem yang terjadi bukan menjadi kecil namun bisa bertambah serius. “Kita harus sadar bahwa menyakiti diri sendiri hanya bersifat mengalihkan masalah, bukan ke arah yang lebih positif tetapi ke arah yang lebih negatif”, ujarku.
Dari dialog ini ada baiknya bagi kita semua ketika memiliki problem yang pelik dalam hidup ini kiranya bisa bertoleransi dengan permasalahan yang terjadi agar terbuka perspektif yang maha luas untuk kita bisa hidup damai, aman, tentram dan jauh stres.
Demikian, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua untuk menemukan hidup dan penghidupan yang lebih damai dan sejahtera baik fisik, psikis maupun sosial. (*)
Penulis: Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi “Buah Hati”, juga sebagai Koordinator Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Bagian Prokopim Setda Dompu dan aktif sebagai Anggota PPM Kabupaten Dompu.