Oleh : Firmansyah, S.Psi., M.MKes
Bapak/Ibu, Ayah/Bunda, Teman/Sahabat, Paman/Tante, handai taulan (keluarga) dan juga Anggota Grup Whatsapp (WA) yang berbahagia dimana saja berada ijinkan kami mengupas sedikit terkait pentingnya mensyukuri nikmat Allah SWT dan bagaiman kecemasan yang dialami bisa disembuhkan dengan mensyukuri nikmat dari-Nya.
Sebagai hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh sudah selayaknya bagi kita semua untuk senantiasa mensyukuri semua nikmat-yang datang dari-Nya. Terkait dengan banyak dan luasnya nikmat Allah SWT, kita tidak mampu dan tidak sanggup untuk menghitungnya.
Bersyukur atas semua nikmat yang diangerahkan-Nya membuat penghidupan kita akan dikucuri rahmad dan kasih sayang dari-Nya. Saat kita pandai bersyukur atas semua nikmat-Nya berbagai ujian dan cobaan yang datang silih berganti dikehidupan ini, berat atau pun ringan akan dapat terselesaikan oleh-Nya.
Salah satu persoalan yang muncul ditengah masyarakat saat ini adalah masalah kecemasan. Banyak anggota masyarakat yang menderita dengan hadirnya kecemasan ini. Diketahui bersama bahwa kecemasan yang dialami individu bila tidak disembuhkan bisa menyebabkan adanya luka batin yang membuat individu merasa tersiksa dengannya.
Bila luka batin itu tidak diobati (disembuhkan) berdampak yang tidak baik bagi kesehatan tubuh individu diantaranya menjadi pengganggu kedamaian, keharmormonisan, kenyamanan, kesejukan, kemesraan dan keseimbangan individu dalam berbagai aktivitasnya.
Bila kecemasan hadir apalagi di kondisi yang lama akan membuat atau meninggalkan luka batin yang membuat individu terus menderita kemudian membuat produktivitas, efektivitas dan efisiensi yang bersangkutan mengalami penurunan.
Sebagai makhkuk sosial dibanyak hal tentunya kita selalu ingin menjadi pribadi dengan nilai yang lebih diantaranya memiliki produktif, efektif dan efisien yang tinggi. Begitu pula halnya kita tidak pernah berharap kecemasan itu hadir untuk mengganggu atau menyakiti kita.
Kebanyakan individu saat mengalami kecemasan akan membuat pola pikir dan pola tindaknya akan terganggu. Banyak orang yang kemudian merasakan berbagai aktivitas yang diperbuatnya tidak berjalan normal sebagaimana biasanya saat ia mengalami kecemasan.
Sesuatu yang juga pasti bahwa dalam membina hidup dan kehidupan ini sebagai pribadi kita juga senantiasa berharap berada dikondisi yang baik-baik saja, tidak ada masalah yang berat dan bisa jauh dari kecemasan.
Dalam benak kita kecemasan itu sebagai hal yang buruk dan pasti tidak diinginkan kehadirannya. Harapannya dalam kehidupan ini kita bisa melewatinya dengan kehidupan yang penuh dengan ketenangan, keamanan, kedamaian, ketentraman dan jauh dari kecemasan sehingga dengannya kita bisa terhindar dari masalah.
Dewasa ini kecemasan sering menjadi sumber gangguan bahkan juga menjadi pemicu terjadinya ketidakseimbangan bagi individu dalam hubungannya dengan diri sendiri atau pun dengan orang lain dilingkungan sosialnya.
Dampak buruk kecemasan akan terasa bagi individu kalau kecemasan itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan saat mengalaminya tidak pernah dicarikan solusi untuk penyembuhannya. Hal itu membuat semakin kompleknya persoalan yang akan dihadapi individu.
Di level tertentu kecemasan bisa menjadi stressor yang tinggi yang dampaknya mempengaruhi produktivitas, efektivitas dan efisiensi individu dibanyak aktivitasnya. Adanya kecemasan dimaksud daya konsentrasi individu menurun drastis.
Kecemasan yang tidak ditatakelola dengan baik dan terarah bisa menyebabkan individu merasa tidak sehat dengan dirinya bahkan juga dalam interaksinya dengan orang lain dilingkungannya.
Dampak buruk kecemasan membuat banyak pihak berupaya mendesain lingkungan yang memungkinkan seseorang bisa membina kehidupan yang sehat, bahagia, aman, damai, dan selaras (seimbang) yang mejauhkan atau menghindarkan infividu dari kecemasan.
Kalaupun terjadi kecemasan tidak membuat individu merasa tersakiti (menderita) namun membuatnya memiliki kekuatan untuk bisa menangkal kecemasan tersebut agar tidak terjadi pada dirinya dan juga pada orang lain.
Bagaimana mengenal kecemasan? Kecemasan yang terjadi atau dirasakan mengganggu individu dibanyak aktivitas bisa dikenali dari gejala yang muncul seperti;
Merasa selalu tegang, merasa cemas, bahkan untuk hal yang sepele, merasa uring-uringan, merasa resah dan tidak bisa tenang, merasa selalu ketakutan.
Merasa sulit konsentrasi, merasa mual dan ingin muntah, merasa sakit perut dan merasa sakit kepala, merasa sakit perut, merasa sakit kepala dan detak jantung berdetak lebih cepat.
Lainnya berupa keluar keringat yang berlebihan, badan gemetar, otot di sekujur tubuh terasa tegang, menjadi mudah terkejut dan napas menjadi pendek.
Kecemasan itu bisa dialami oleh siapa saja tampa mengenal batasan umur, status sosial, suku bangsa, ras, dan agama. Oleh karenanya kecemasan itu penting diwaspadai dan diantisipasi secara dini.
Anak-anak, remaja, orang dewasa, lanjut usia, pria, wanita, orang berstatus sosial ekonomi dibawah atau pun dengan status sosial yang tinggi.
Orang yang tinggal di kota atau pun di desa, profesional, politisi, olahragawan, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pasutri, calon pengantin (catin), pekerja domistik atau pun para pekerja migran.
Kita semua berpeluang yang sama mengalami kecemasan sebagai langkah pencegahan perlu mengantisipasinya. Dalam mengantisipasi atau mewaspadainya pun masing-masing orang memiliki perbedaan dalam menghadapi dan melawan kecemasan yang dialaminya.
Ada mekanisme pertahanan diri yang mereka kembangkan agar dapat terhindar dari kecemasan berkepanjangan, yang kemudian membuat mereka bisa berteman atau bersahabat dengan kecemasan.
Ada individu yang memiliki mekanisme pertahanan diri yang lemah sehingga mudah diserang kecemasan dan juga ada person dengan mekanisme pertahanan diri yang kuat membuatnya biasa-biasa saja dan tidak terpengaruh oleh kecemasan yang dialaminya.
Bila ditelusuri lebih jauh dan lebih mendalam beberapa hal yang patut diduga sebagai pemicu munculnya kecemasan pada individu dikehidupan ini dapat dipicu oleh persoalan-persoalan sebagai betikut;
Tidak lulus (gagal) dalam uji kompetisi yang diikuti, kehilangan atau kematian orang yang dikasihi, berkarir tidak pernah mendapatkan promosi jabatan pada hal sudah layak mendapatkannya, gagal di kehidupan berumah tangga, putus cinta atau ditolak cintanya.
Lainnya kegagalan dalam berdagang (berbisnis/berusaha) sehingga mengalami kerugian atau kebangkrutan, merasa kurang sempurna, adanya ujian sakit atau ditimpa musibah (bencana), kehilangan pengharapan dan dukungan, stres berkepanjangan dan masih banyak lagi pemicu lainnya.
Bagaimana agar bisa memposisikan diri dengan kecemasan sehingga tidak menderita walau mengalaminya. Sebagai insan yang mengimani kekuasaan Allah SWT, sejatinya kita menyandarkan diri kepada-Nya atas semua urusan yang kita alami.
Kita tidak boleh jauh dari-Nya. Dia-lah (Allah SWT) sebagai sebaik-baik penolong dan pelindung dari berbagai macam cobaan dan ujian dikehidupan ini tidak terkecuali dari persoalan kecemasan yang datang menyerang kita.
Hal yang perlu disadari bahwa ditengah kehidupan ini sering terjadi hal-hal yang diluar dari yang diharap oleh Individu dan keadaan itu menjadi bentuk ujian dan cobaan yang datang dari-Nya untuk menguatkan keimanan selaku seorang hamba.
Di banyak persoalan sudah pasti Individu menginginkan hal yang serba lengkap atau cukup namun yang sering terwujud berbagai kekurangan yang kemudian membuat kita bersedih dan menyesali diri.
Sebagai misal dalam studinya sebagai mahasiswa individu berharap dirinya sukses di wisuda tepat waktu dengan nilai baik namun yang terjadi perkuliahan berjalan lamban tanpa bisa diprediksi kapan waktu di wisuda.
Begitu juga halnya sebagai suami ataupun istri dikehidupan rumah tangganya sudah pasti menginginkan rumah tangga berjalan bahagia dan sejahtera. Akan tetapi yang terjadi rumah tangga berantakan dan tidak berjalan harmonis.
Lainnya seorang Ayah berharap buah hatinya dapat menjadi anak yang membahagiakan dirinya dan juga keluarga. Namun yang terjadi justru buah hatinya itu menjadi sosok yang menyusahkan.
Bagaimana kita melihat dan menilai berbagai hal diatas? Bisa jadi semua hal yang terjadi diluar harapan tersebut merupakan jalan yang baik dari yang maha kuasa untuk bisa memahamkan hamba-Nya agar kembali dekat dan tidak jauh dari-Nya.
Di waktu sebelumnya dalam membina kehidupan yang dilewatinya kemungkinan banyak hal yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak diridhoi oleh-Nya. Dengan berbagai ujian dan cobaan itu Allah SWT mengingatkan hamba-Nya agar ia kembali dekat kepada-Nya.
Kembali dekat dengan-Nya setelah sebelumnya menjauh, tidak hanya membuat kecemasan yang dialami atau dirasakan itu terobati (disembuhkan) namun juga membuat hidup kita akan tertata kembali oleh-Nya.
Apapun persoalan hidup yang dialami kita tidak boleh berpaling atau menjauh dari-Nya. Kita harus lebih dekat kepada-Nya untuk meraih cinta dan kasih sayang dari-Nya.
Dengan kembali dekat kepada-Nya kita dapat menumpahkan (mengeluhkan) semua emosi atau kekesalannya sehingga memungkinkan bisa kembali berada dikondisi ketenangan dan kedamaian cinta kasih-Nya.
Semestinya dengan segala kejadian yang datang menimpa sudah seharusnya membuat kita dapat bersyukur kepada-Nya karena kita masih diberikan umur atau kesempatan.
Dengan nikmat kesempatan itu kita masih memiliki waktu untuk memperbaiki diri lalu berikhtiar sungguh-sungguh menjadi pribadi yang berubah lebih naik dan berbeda dari keadaan sebelumnya.
Dengan pandai-pandai mensyukuri setiap nikmat-Nya selain membuat kita berada dalam ketenangan dan kedamaian juga menyembuhkan kita dari apa yang dicemaskan atau ditakutkan.
Dengan rasa syukur tersebut Allah SWT akan memberikan cinta kasih-Nya melalui Rahman dan Rahimnya kemudian memberikan jalan yang mudah bagi kita untuk menata kembali kehidupannya.
Menegaskan hal tersebut Allah Subhana Wata’ala telah berfirman di Al-Qur’an, barang siapa yang pandai bersyukur atas nikmat-Nya maka Dia akan menambah nikmat itu bagi hamba-hamba-Nya.
Guna mengingat dan mensyukuri nikmat-Nya, Allah nukilkan di QS Al-Baqarah Ayat 152 yang artinya “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Allah SWT juga berfirman di QS Ibrahim Ayat 7 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya ketika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.
Dari uraian diatas mari senantiasa bersyukur atas semua nikmat-Nya. Dengan bersyukur atas nikmat-Nya, Dia akan menyingkirkan segala hal yang membuat kita cemas atau takut.
Senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya, Allah SWT akan merapikan kehidupan kita kemudian memberikan ketenangan dan juga kedamaian hidup (jauh dari kecemasan dan ketakutan) bagi hamba-hamba-Nya.
Demikian, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua agar senantiasa membina kehidupan yang aman dan damai, jauh dari kecemasan dengan terus mensyukuri nikmat-Nya. (*)
Penulis: Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi “Buah Hati”, Kabupaten Dompu dan juga sebagai Koordinator Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Bagian Prokopim Setda Dompu serta Anggota PPM Kabupaten Dompu.