Individu yang mudah tersinggung sering merasa dirinya bermasalah ketika interaksi sosial berlangsung. Bila tidak bisa dipahami dengan baik oleh orang di sekitarnya, individu dengan pribadi seperti ini dapat bersitegang dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
Ketika interaksi sosial yang berlangsung individu dilecehkan atau diganggu harga dirinya bila yang bersangkutan merasa tersinggung adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun akan berdampak tidak baik bila hanya karena perkara yang sepele yang bersangkutan cepat tersinggung.
Guna menghasilkan hubungan sosial yang berkualitas, individu harus konstruktif dalam berperilaku, tidak mudah tersinggung dengan hal yang sepele, namun ketika interaksi sosial berlangsung dia mampu mengarahkan perilakunya kearah yang baik dan positif.
Bagaimana kaitan antara perilaku pembacokan dengan individu yang cepat tersinggung. Dari banyak informasi diperoleh gambaran bahwa tindakan pembacokan diduga dipicu oleh adanya ketersinggungan, dari salah satu pihak saat interaksi sosial berlangsung.
Individu yang cepat tersinggung ketika sudah tidak mampu mengontrol emosinya, dia tidak bisa membedakan orang-orang yang berada di sekitarnya, apakah dia seorang yang sudah dikenal atau tidak, teman atau bukan, keluarga atau lainnya, yang ada dibenaknya bagaimana dia bisa melukai atau menghabisi orang yang membuatnya tersinggung.
Munculnya pemberitaan terkait perilaku pembacokan oleh oknum anggota masyarakat membuat kita harus waspada agar tidak menjadi korban atau pun pelaku dari tindakan tersebut, lalu kemudian bisa memberikan edukasi guna menekan kasus pembacokan.
Ciri-Ciri Pribadi Yang Mudah Tersinggung
Ada banyak hal yang menjadi ciri-ciri individu yang mudah tersinggung, dikutip dari laman https://www.fimale.com, Rabu (05/10/22), diperoleh gambaran ciri-ciri dimaksud adalah sebagai berikut;
1. Tidak tegas pada diri sendiri
Orang yang mudah tersinggung termasuk memiliki EQ yang kurang baik karena tidak mampu menyeimbangkan sikap, perilaku, dan pikirannya. Mereka tidak memilii batasan-batasam tertentu dalam hidupnya. Sehingga ia akan mudah mengambil hal-hal buruk dari orang lain, seperti perkataan yang membuat mereka merasa buruk. Ini termasuk sebagai sikap tidak tegas pada diri sendiri.
2. Lebih suka menyendiri
Orang yang sensitif cenderung lebih suka menyendiri. Bukan karena mereka sombong namun karena mereka sangat rentan dan rapuh yang membuanya mudah salah paham dengan orang lain. Jadi membuat mereka cenderung lebih suka berkegiatan sendiri. Bahkan, jika mereka harus keluar dengan orang lain, pasti akan pilih-pilih.
3. Mengabaikan masalahnya sendiri
Berbeda dengan orang yang mudah tersinggung, mereka tak seperti kebanyakan orang yang akan menghadapi masalah, mereka justru memilih menghindari masalahnya. Perasaan yang sensitif membuatnya berpikir secara berlebihan, sehingga beranggapan saat menghadapi masalah, itu akan membuatnya semakin besar. Sebaliknya, mereka kerap berpikir bahwa masalah akan selesai dengan sendirinya.
4. Tidak punya selera humor
Orang yang mudah tersinggung sulit sekali untuk diajak bercanda, bahkan untuk sesuatu yang benar-benar lucu mereka jarang sekali tertawa. Mereka mubgkin menafsirkan dengan berbeda apa yang dilotarkan orang lain, sehingga sesuatu yang lucu bisa membuat mereka terluka.
5. Mudah menyimpan dendam
Orang yang sensitif lebih memilih menyimpan emosinya sendiri daripada mengeluarkannya. Sehingga, mudah bagi mereka untuk menyimpan dendam dalam waktu yang lama. Mereka sebenarnya perlu melepaskan perasaan-perasaan seperti itu, karena bisa jadi yang ada dalam pikirannya hanya salah paham semata.
Menjadi Pribadi Yang Tidak Mudah Tersinggung
Bagaimana upaya yang bisa dilakukan individu agar dirinya tidak menjadi pribadi yang tidak mudah tersinggung, dikutip dari laman https://id.berita.yahoo.com, Rabu (05/10/22), diperoleh penjelasan beberapa hal yang dapat diupayakan untuk membuat pribadi tidak mudah tersinggung, dengan ichtiar sebagai berikut;
1. Belajar memahami karakter orang-orang di sekitar
Sering kali yang menjadi penyebab utama kamu tersinggung adalah orang-orang di sekitarmu, bisa saja rekan kerjamu, teman-temanmu, bahkan keluargamu. Oleh karena itu, kamu perlu belajar memahami karakter orang-orang di sekitarmu. Jika kamu sudah memahami karakter mereka, akan mudah bagimu memahami kenapa mereka bersikap, bertindak, atau berucap tak menyenangkan kepadamu.
2. Belajar untuk selalu berpikir positif
Prasangka dan pikiran negatiflah yang membuatmu mudah tersinggung. Kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan buruk tentang tindakan seseorang yang menurutmu tidak semestinya, yang justru akan membuat hatimu terbelenggu oleh rasa marah, kesal, dongkol, dan perasaan tersinggung. Oleh karena itu, ada baiknya di setiap kondisi dan keadaan, kamu selalu mengutamakan positive thinking.
3. Belajar melihat dari sudut pandang orang lain
Setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi suatu hal. Ketika kamu merasa tersinggung oleh tindakan orang lain, posisikan dirimu sebagai orang tersebut. Berdasarkan sudut pandang si pelaku, mungkin menurutnya hal yang dilakukannya kepadamu merupakan sesuatu yang biasa saja, bukan sesuatu hal yang akan membuatmu tersinggung, hanya saja kamu yang terlalu sensitif.
4. Belajar meningkatkan kesabaran
Individu yang memiliki kesabaran yang tinggi takkan mudah tersinggung oleh hal-hal sepele, bahkan hal-hal yang sangat menyakiti sekalipun. Orang yang sabar memiliki hati yang sangat lapang, tak ada tempat di hatinya untuk menyimpan perasaan marah, kesal, dongkol, ataupun rasa tersinggung. Oleh karena itu, latihlah dirimu untuk terus meningkatkan rasa sabar.
5. Perbaiki hubungan dengan Sang Pencipta
Ketika kamu memperbaiki hubunganmu dengan Sang Pencipta, maka Dia juga akan memperbaiki hubunganmu dengan manusia. Selama ini kamu mungkin masih lalai dalam beribadah kepada-Nya, maka perbaikilah ibadahmu. Selama ini kamu mungkin masih abai akan larangan-larangan-Nya, maka jauhilah segala larangan-Nya.
Demikian, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua, terutama dalam upaya bersama semua pihak menghadirkan sosok yang mampu mengembangkan perilaku konstruktif yaitu perilaku yang sesuai dengan harapan lingkungan dan kemudian mendorong interaksi sosial yang berlangsung dimasyarakat bisa berjalan baik dan membahagiakan.
—————
Penulis :
Firmansyah, S.Psi., M.MKes, Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi “Buah Hati” juga sebagai Koordinator Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Setda Dompu dan Anggota Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Dompu.